Away In The Silence | Chapter 2 – The Second Of Taste

“I… eh, aun… ttyyyy!!!” panggilan keras dari suara anak kecil menyadarkan Ji Won dari fokusnya yang tengah membaca laporan kemajuan pasien kamar 324. Wajah cantiknya semakin cantik karena senyum yang ia lemparkan pada anak berusia hampir 2 tahun yang tengah berlari kearahnya.

Setengah berlari ia menghampiri anak perempuan manis yang juga berlari kearahnya, bak adegan drama Ji Won langsung memeluknya. Menciumi pipi chubby Ae Ra secara brutal, yang dicium hanya bisa tertawa geli membuat beberapa orang disana juga ikut tersenyum melihat adegan itu.

“Sedang apa keponakan Aunty disini eoh?”

Ae Ra tertawa sambil menunjuk seorang wanita yang tengah berjalan dengan susah payah lantaran perut besarnya.

“Eonni annyeong!” sapa Ji Won segera memeluk kakak iparnya lalu beralih pada perut besar, Aegi-ya annyeong, ini Aunty mu yang paling cantik. Bagaimana kamu disana?”

Ji Won menempelkan telinganya pada perut kakak iparnya, beberapa menit kemudian Ae Ra sang kakak ikut melakukan aksi tante cantiknya itu. Ji Won dapat merasakan tendangan bayi, membuat dia tertawa begitu juga dengan Ae Ra.

“Mereka sehat, uri-aegi sedang memesan kamar disini.” Jawab Bo Young semangat.

Ji Won lalu menggendong Ae Ra, “Lalu mana Jong Jin Oppa? Tidak mengantarmu?”

“Dia dan Hae Jin oppa tengah meeting dengan Direktur dari Inggris, pertemuan ini sangat penting, lagi pula aku diantar jemput.”

“Aish, mereka hanya bisa membuat bayi dan uang saja.” Keluh Ji Won membuat Ibu Hamil cantik itu tertawa.

Aunty, makan. Ae ra lapaaar, sangat lapar.”

Ji Won tersenyum mengangguk dengan antusias, “Let’s go! Aah, tapi tidak bisa cepat-cepat. Eomma harus berjalan pelan ne?”

“Ne, Imo.” Mata Ji Won langsung membelalak, “Okay, Aunty.” Ralat Kim Ae Ra dengan manis, membuat Ibunya kembali tertawa.

Yup, sesuungguhnya Ji Won tidak menyukai panggilan Imo. Menurutnya panggilan itu terlalu tua diusianya yang baru seperempat abad. Ketiga orang itu berjalan menuju kantin di bawah, “Kau sedang tidak sibuk? Apa kami mengganggumu?” tanya Bo Young.

Ani, minggu ini aku tidak di UGD. Jadi tidak setiap saat harus masuk-keluar ruang operasi dan jadwal operasiku hanya 2 kali dalam satu minggu. Jadi, adikmu yang cantik ini bisa hidup dengan manusiawi Eonni. Aah.. chuayo.”

“Syukurlah, nikmati dengan baik hari manusiamu Kim Uisanim.”

Ji Won memberi hormat, “Ne, Bo Young sajangnim!” belum sempat ia memesan makanan sebuah panggilan darurat ditunjukan padanya.

Eonni, aku harus pergi. Mianhae.”

Bo Young tersenyum, “Cepat sana, kami baik-baik saja.”

Ji Won mengangguk lalu segera menuju ruang operasi dimana ia dibutuhkan. Sedikit berlari ia menuju ruangan yang dimaksud, sedikit menyumpah karena kesal hari tenangnya sudah disibukan kembali dengan Bedah Emergency ini.

Memasuki ruang operasi ia langsung disambut dengan operation theatre uniform lengkap, langkahnya terhenti ketika melihat Seo Joon tengah bersitegang dengan Go Soe Hoon, rekan dokter bedah lainnya.

“Apa dengan saling menatap seperti itu pasien ini akan sembuh?” omelnya sambil berjalan menuju pasien.

“Bagaimana kondisinya?” tanya Ji Won pada perawat disampingnya.

“Pasien mengalami DIC (Disseminated Intravascular Coagulation) dr. Kim.”

“Siapkan transfusi trombosit, tampilkan layar pemandunya, kita tidak punya waktu.” Perintahnya membuat beberapa perawat disana kembali bergegas menyiapkan apa yang ia butuhkan.

Seo Joon masih menatap marah pada rekan dokternya, “Kau tetap disana, Soe Hoon Uisanim. ucapnya sambil segera menyusul Ji Won, membantu wanita itu menyelamatkan pasiennya.

“Saraf kranial sudah baik, siapkan headlamp dan microlens.”

Ji Won menark nafas kuat sebelum memberikan Kogel Tang pada dokter dihadapannya ini “Kau yakin dengan tanganmu?”

“Apa kau mau berkencan denganku jika kita berhasil menyelamatkan pasien ini dr. Kim? Minggu ini aku jadi pembicara di acara himpunan Ahli Neurologi.”

“Dasar tukang pamer.”

Seo Joon tersenyum lalu mulai fokus untuk mengambil peluru yang menembus batang sel otak pasiennya, dihadapannya Ji Won ikut mengamati dalam diam. Keringat dingin menghiasi wajah cantiknya, walau sudah melakukan puluhan operasi tapi tetap saja setiap operasi yang ia lakukan seperti sesuatu hal yang selalu baru.

Kedua dokter terbaik di Medical Center Hospital itu bernafas lega ketika peluru sudah diletakkan dalam nampan, “Denyut dan tekanan darahnya sudah kembali normal, jahit pembuluhnya dan rapihkan.”

Seo Joon dan Ji Won segera keluar dari OK (Operation Kamer), membuka pakaian operasi dan menaruhnya pada keranjang.

Gomawo sudah datang.” Ucap Seo Joon ketika memperhatikan Ji Won yang tengah mencuci tangannya.

Ne, tapi bayaranku sangat mahal dr. Park. Bagaimana caramu membayarnya?”

Seo Joon tersenyum, “Kutraktir makan steak?”

Steak sapi, 2 porsi. Karena kau aku membatalkan makan siangku bersama Bo Young eonni dan Ae Ra.”

“Okay, best partner.” Seo Joon mengangguk dan mengajaknya fist bump, yang oleh Ji Won disambut dengan senyum lebar.

“Bagaimana kabar Bo Young-ssi? Kapan jadwal melahirkannya?”

Eonni sedang memesan kamar disini, jika saja tidak ada panggilan darurat darimu mungkin aku akan tahu lebih banyak.”

Mereka berdua hendak keluar sebelum orang yang menyebabkan Seo Joon marah berada disana. Mendinginkan emosinya Seo Joon memalingkan wajah, mengenggam tangan Ji Won dan menariknya meninggalkan ruang steril itu.

“Dokter macam apa dia, tingkah dan kemampuannya sangat berbeda jauh macam bumi dan langit. Dokter seperti dia seharusnya berada di daerah konflik, biar dia dapat merasakan bagaimana susahnya menyelamatkan nyawa seseorang.”

Ji Won tersenyum mendengar omelan Seo Joon, dalam 100%, 80% hidup pria ini dipenuhi dengan tingkah-tingkah konyol dan menyebalkan yang sudah menjadi sifatnya. Melihat 10% dia sedang memaki dan 10% berkelahi, seperti ia menonton film premiere. Sangat eksclusive.

“Mungkin karena dia seorang anak Direktur Rumah Sakit ini?”

“Cih, justru karena dia anak Direktur seharusnya dia memberikan hal terbaik untuk rumah sakit ini. Bukan menjadi dokter yang cantik saja, dia harus tau bagaimana pentingnya nyawa seseorang.”

Ji Won menghentikan langkahnya, “Aaah, cantik? Itu berarti dia pernah menjadi teman kencanmu? Heol.. ddaebak.”

“Ck, tapi tetap kau yang tercantik di rumah sakit ini.”

“Tentu saja, aku jauh lebih cantik dari anak direktur itu. Omong-omong apa benar minggu depan akan ada penyambutan anak pemilik yayasan rumah sakit ini?”

“Sepertinya begitu, wae?”

Ani, hanya penasaran saja seperti apa anak dari pemilik yayasan. Setidaknya jika ia seorang dokter ia harus diatas Seo Hoon bukan?”

Seo Joon tertawa, “Kudengar dia seorang yang pintar, antara otak dan kemampuannya sama-sama mengagumkan.”

Ji Won menghentikan langkah kakinya, “Jika anak pemilik yayasan itu wanita apa kau juga akan mengencaninya?” goda Ji Won pada Seo Joon.

“Lalu jika anak pemilik yayasan itu adalah pria, kau berencana mendekatinya?”

Ji Won mengerutkan keningnya, “Kalau dia seumur denganku mungkin kami bisa berteman, tapi jika dia lebih tua dari Appa…”

“Kudengar dia seorang yang tampan.”

Jeongmalliyo? Lalu?”

“Menurut kabar ia sedang mencari seorang calon isteri.”

“Kau mau mengenalkanku dengannya?” tanya Ji Won antusias.

Seo Joon memasang wajah kesal, “Aku sudah memutuskan…” ucapnya mengarah ke Ji Won, “Aku tidak akan berkencan dengan wanita lagi.”

Ji Won membuka matanya lebar-lebar, membuat Seo Joon seketika teringat jika ucapannya bermakna lain. Ani, aku masih normal! Aku hanya ingin sendiri terlebih dahulu, bukankah kau yang menyarankanku seperti itu?”

Ji Won tertawa lalu merangkul lengan Seo Joon, Geurae, kalau begitu aku akan menemanimu hingga kau bosan.”

“Awas kalau kau tidak menepati janjimu.”

Arraseo.”

Keduanya tertawa,”Apa kau ada rencana akhir minggu ini?”

Ji Won mengerutkan keningnya, mencoba mengingat rencana yang biasanya sudah ia siapkan di hari sabtu-minggu. Eopso, aku tidak punya rencana apapun. Waeyo?”

“Bagaimana jika kita liburan?”

Mata Ji Won membesar, “Whoa… Apa kau sedang sakit?”

“Aniyeo, nan wae?”

“Biasanya kau selalu sibuk diakhir pekan, apa stok wanita di Seoul sudah habis?”

“Cih, dari seluruh wanita hanya kau yang tidak mau berkencan denganku Nona Kim.”

Ji Won tersenyum, Of course, menurut Appa. Aku harus menjauhi pria yang berniat jelek kepadaku.”

Mata kecil Seo Joon melotot, “Maksudmuuuu?”

Ji Won tidak bisa tidak tertawa melihat aksi konyol seorang Park Seo Joon. Hal yang ia sukai selama mereka saling mengenal, dan akan terus ia sukai saat mereka hanya berdua seperti ini.

*#*#*#*

Annyeong 😀
duuh, ga bisa banyak ngetik karna buru-buru mau pulang.. XD
enjoy ur read :*

with love
-Kim Ji Won-

Leave a comment